Senin, 03 Agustus 2009

RAJANYA BAU

Seorang anak bertanya kepada bapaknya ketika berpapasan dengan seorang pemulung tua renta.
Anak : "Pak orang itu ngapain sih ngorek-ngorek tempat sampah? ".

Bapak : "Orang itu sedang mencari pengalaman".

Anak : "Maksudnya?".

Bapak : "Tidak semua orang bisa bekerja seperti orang bapak itu. Ditempat sampah banyak sekali ilmu kehidupan yang bisa dipelajari. Sampah adalah gudangnya ilmu".

Si Anak mendengarkan sambil terus mengamati pemulung tadi.

Anak : "Terus?".

Bapak : "Iya... Sampah adalah sumber segalanya. Mereka Rajanya bau dan rakyat-rakyat mereka adalah bukanlah masyarakat. Lebih baik menjadi sampah didalam tumpukan sampah bukan?. Daripada menjadi sampah didalam rumah. Mereka akan busuk & terurai bersama-sama. Sampah adalah rejeki yang datang ketika mereka sulit mencari kerja.

Anak : "Apakah mereka senang?".

Bapak : "Tentu tidak. Diantara mereka sangat tidak bersahabat kepadaNya. Menjadi pemarah dan iri hati. Lain waktu mereka sangat baik dan saling membantu".
Anak : "Mereka marah kepada Tuhan?".
Bapak : "Sebagian seperti itu tapi masih ada yang penuh keikhlasan mengabdi. Yang mereka harapkan adalah makin banyak orang-orang bodoh yang membuang sampah. Sampah adalah dosa-dosa rumah yang harus dimintakan ampun. Pemulung sangat suka orang-orang yang berbuat dosa. Barang-barang yang mereka lemparkan selalu menangis. Mereka tidak berguna lagi.

Anak : "Apakah kita tidak boleh membuang sampah? ".

Bapak : "Bisakah?? Apakah kamu takut dosa??".

Si Bapak tidak melanjutkan bicaranya dan berlalu meninggalkan tempat mereka berdiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar